Hey, cepet banget ya? Besok (Hari Senin) sudah tanggal 1 Desember 2014, persis hari Senin.
Dua minggu di akhir November menjadi hari-hari yang sangat melelahkan. Bukan hanya lelah karena deadline pekerjaan yang nggak kunjung usai (kapan web barunya naik? Sudah nggak sabar), tapi lelah juga karena sakit yang sambung-menyambung.
Diawali di suatu hari Selasa (kalau nggak salah tanggal 18). Pagi yang menegangkan dan bikin panik. Bangun pagi-pagi, sekitar pukul setengah tujuh, dada rasanya sesak, detaknya terasa sangat cepat, ingin pingsan, dan panik! Bukan hanya saya yang panik, karena saya nggak pernah mengalami hal demikian. Sempat pingsan, lalu buru-buru ke rumah sakit. Tiba di RS JMC, dibawa ke IGD. Ini keduakalinya dirawat di IGD rumah sakit. Pertama kali waktu masih kuliah sakit diare akut. Kali ini, karena gejala-gejala tadi, sempat dicek pakai alat pengukur detak jantung (entah apa namanya). Rasanya aneh. Syukurnya, menurut Dokter, gejala yang dialami nggak terkait dengan sakit jantung. Setelah diperiksa dan ditanya ini-itu, ternyata sumbernya adalah lambung. Asam lambungnya naik dan karena itu agak menekan jantung. Ditambah, tekanan darah rendah, batuk dan pilek. Menuliskan ini kembali aja rasanya lelah.
Tindakan yang dilakukan dokter dan suster IGD saat itu adalah memberi selang oksigen, memasang infus (cairannya warna pink!hehe), lalu beri obat sirup dan obat yang disuntik langsung lewat infus. Selang oksigen sangat membantu untuk bernapas. Ada energi tambahan yang didapat saat itu. Waktu yang dihabiskan di IGD hari itu sekitar 2,5 jam, sambil menunggu cairan infus habis.
Akhirnya boleh pulang oleh dokter (berbekal obat yang nggak sedikit). Setelah itu, rasanya lemas dan sering sesak napas.
Pantangan makanannya, jangan ditanya. Saya pun kesulitan mengingatnya. Saking banyak, pertanyaan ke dokter pun saya balik, apa yang boleh saya makan? Pilihannya tidak banyak, termasuk di dalamnya bubur/nasi lembek, sup, sayur, dan cemilan biskuit seperti Re**l. Roti pun nggak boleh. Hiks.
Akibat takut asam lambung naik atau maaf kumat, saya pun sangat menjaga makan. Setidaknya, saya mulai belajar makan lebih sehat. Porsi setiap makan memang sedikit, tapi disarankan sering. Memang betul, tiap nggak kuat atau muncul sakit di perut, langsung ngemil biskuit atau makan jika memang jammya.
Seminggu berlalu, saya sudah mulai mendingan, makan pun sudah lebih enak (tetap nggak sembarangan). Kadang saja makan sesuatu yang digoreng.
Mungkin memang karena cuaca dan faktor kecapekan akibat pekerjaan, saya belum benar-benar kembali ke kondisi semula yang sehat dan segar.
Hari Jumat (tanggal 28), badan rasanya lemas lagi. Gejalanya persis tekanan darah rendah (sebenarnya sudah terasa sejak hari Kamis). Ditambah flu dan batuk. Badan belum benar-benar fit, jadi sepertinya lebih mudah sakit. Semakin malam, badan semakin lemas dan flu semakin menjadi. Rasanya nggak enak dengan teman-teman di kantor karena saya bersin tak henti.
Saking khawatir sakit/drop, hari Jumat itu, saya benar-benar berusaha makan makanan yang bisa menambah darah. Mulai dari minum susu (bukan kebiasaan saya), minum teh manis hangat manis, minum sangobion, makan makanan manis, hingga makan daging. Tentu nggak bersamaan. Baru bisa pulang kantor malam, karena hari itu hujan dan sulit taksi serta saya terlalu lemas untuk pulang sendiri naik kendaraan umum. Sampai di rumah dengan selamat, makan sedikit, minum obat, lantas tidur. Badan pegal dan nggak enak.
Hari Sabtu sempat terapi (nu** be**) di rumah salah satu jemaat gereja. Setelah terapi, pegal-pegal di badan lumayan menghilang, walau flu dan sakit kepala masih ada. Suara nyaris habis karena radang. Kondisi ini benar-benar nggak nyaman dan sudah berlangsung hampir dua minggu.
Saat-saat ini membuat saya terpikir bahwa sehat itu luar biasa. Kadang saya bilang sakit, padahal tidak seberapa atau bahkan tidak sakit. Jujur, saya rindu punya tubuh sehat. Tubuh dalam kondisi tidak fit selama hampir dua minggu itu cukup melelahkan. Saya diingatkan untuk lebih banyak dan sering bersyukur akan kondisi tubuh yang sehat. Dengan tubuh sehat, saya bisa melakukan berbagai kegiatan dengan baik dan benar.
Menjaga dan memelihara kesehatan itu penting. Sangat penting. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat/kuat.
Tuhan, ajari saya untuk lebih dan selalu menghargai kesehatan, serta menggunakan kesehatan tubuh dan tubuh yang sehat untuk memuji-Mu. Amin.
(Credit images: google images, dmj)
!["The Equalizer poster" by [1]. Licensed under Fair use of copyrighted material in the context of The Equalizer (film) via Wikipedia - http://en.wikipedia.org/wiki/File:The_Equalizer_poster.jpg#mediaviewer/File:The_Equalizer_poster.jpg](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmM1Z8ymQULntfay33iq6iyQcPCW0j9xrYK1Tw9xouexkGeBN9CiNN4pXyoQX9y9sMBL5GE0iEXS0Q4qUzBMl_-G9P4qg3UgmaTvQONnDLWqHL9WCPPaoFaEDwocbMMaWDCSMjsmng7Zj4/s1600/The_Equalizer_poster.jpg "\"The Equalizer poster\" by [1]. Licensed under Fair use of copyrighted material in the context of The Equalizer (film) via Wikipedia - http://en.wikipedia.org/wiki/File:The_Equalizer_poster.jpg#mediaviewer/File:The_Equalizer_poster.jpg")
