Sunday, April 19, 2015

Tribute to Mr. The Designer & Creative Provocateur

Cerita dari Bandung,  Februari 2013


Saya masih ingat ketika berkunjung ke rumah narasumber yang berdomisili di Bandung itu. Pagi itu, saya bersama fotografer disambut dengan ramah oleh pemilik rumah. "Istri saya sedang di Jakarta. Di rumah hanya ada saya dan salah satu anak saya."

Hari itu, kami dijadwalkan mewawancarai dan melakukan sesi foto dengan beliau untuk edisi ulang tahun pertama majalah tempat saya bekerja. Kenapa beliau? Karena figur dan pemikirannya yang kreatif. Beliau menjadi satu dari 20 sosok yang diangkat cerita kreatifnya.

Dari daftar pertanyaan yang cukup panjang, jawaban beliau pun tak kalah panjang dan sangat informatif. (Saat menulis artikel, saya sempat kebingungan memilih bahasan yang akan diangkat karena menurut saya semua penting). Walau hanya ngobrol dua jam, informasi yang saya peroleh tentang desain dan dunia kreatif bertambah lebih dari dua kali lipat dari yang saya tahu sebelumnya.

Usai wawancara, kami lalu menentukan tempat untuk sesi foto. Saya diizinkan ke teras belakang rumahnya. Saya terpesona dengan desain dan interior rumah beliau (teman saya bilang, "Wajar rumahnya bagus karena dia arsitek.") Halaman belakang rumah beliau luas dan ada gazebo di bagian bawah. "Biasanya, saya suka mengajak komunitas anak muda untuk main ke rumah, lalu kami ngobrol2 di bawah sana," ungkapnya. Saya pun kagum dengan caranya menularkan "virus" kreatif kepada generasi muda.

Beberapa hari setelah wawancara, saya kembali menghubungi beliau via pesan singkat. Saya tanya, "Bapak mau ditulis sebagai apa?", jawab beliau "Designer & Creative Provocateur". Ya, memang itu yang tepat mendeskripsikan figurnya.

Kicaunya di Twitter cukup vokal. Bukan hanya tentang desain, tapi berbagai hal. Soal pengetahuan, tentu tak perlu diuji.

Saya sempat bertemu lagi dengan beliau di suatu acara. Awalnya saya ragu untuk menyapa. Pikir saya, siapa tahu beliau sudah lupa dengan saya yang baru sekali mewawancarai. Tapi, Shari Semesta​ meyakinkan saya untuk menyapa dan ternyata beliau masih ingat. Sayangnya, saya belum sempat mewawancarai beliau lagi padahal sudah menyampaikan ingin menulis bahasan yang berbeda tentang dunia kreatif di Indonesia.

Hari ini, saya membaca kabar yang menulis bahwa beliau sudah dipanggil Yang Maha Kuasa.
Saya kaget.
Baru kemarin saya baca twit-nya mengenai sangat memalukan sikap alumni arsitektur yang hanya berpikir uang.

Selamat jalan, Pak Irvan A Noe'man. Istirahat dalam damai.
Keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan.

19 April 2015
Minggu

No comments:

Post a Comment