Sunday, November 13, 2016

비밥 뮤지컬 in Jakarta 2016

This is my 2nd time watching full-lengths The Most Delicious Performance "BIBAP SHOW"

Pertama kali, tahun lalu -2015- sekitar bulan Februari di Ice Palace, Lotte Shopping Avenue (kapasitas sekitar 300 seats). Waktu itu, tujuan nonton adalah meliput pertunjukan karena masih kerja sebagai penulis di JAX Magazine

Setelah pertunjukan, aku dapat kesempatan mewawancarai beberapa personel dan staff Bibap. Aku juga masih ingat, waktu itu dibantu diterjemahkan salah satu staff KCC (berhubung masih belum jadi bagian keluarga pusat kebudayaan ini) -yang sekarang jadi rekan kerja- namanya Kimberly hehehe 

I still remember that day. But I forgot what kind of questions that I made. Hehehe now it feels -a little bit- funny. 

Kalau ingat masa itu... Hahaha 

Anyway~~

Hari ini, Minggu 13 November 2016, aku berkesempatan nonton pertunjukan penuh BIBAP SHOW untuk keduakalinya. 

Dibandingkan tahun lalu, kali ini, skalanya lebih besar. Tempat yang dipilih pun lebih besar secara kapasitas (1200 seats). Tahu di mana? Hehehe di Ciputra Artpreneur Theater. Sama-sama di Ciputra World 1, Lotte Shopping Avenue tapi beda ruangan (beda lantai juga, kali ini di lantai 13). 

Secara garis besar, jalan cerita pertunjukannya sama. Pertarungan 2 chef (merah dan hijau) dalam membuat masakan. Highlight menunya Bibimbap (비빔밥), salah satu masakan ikonik asal Korea atau kalau diartikan menjadi nasi campur, karena sebelum dimakan maka kita harus campur sayuran, lauk, dan gochujang (saus pedas) yang diletakkan di atas nasi. 

Sebelum ke menu utama, si dua chef ini buat 3 masakan lain lebih dulu secara bergantian, yaitu sushi (Jepang), pizza (Italia), dan chicken noodle (Tiongkok). Kemudian, si 2 chef buat Bibimbap dengan versi masing-masing. 

Uniknya pertunjukan ini adalah konsep interaktif. Di tiap segmen, ada penonton yang dilibatkan. Dipilih penonton (kali ini yang duduk di deretan A/paling depan), untuk menentukan siapa chef yang masak (sudah sesuai script tentunya), kemudian ketika masakannya jadi maka si penonton tadi diminta naik ke panggung dan "mencicipi" hasil masakan si chef (fyi, makanannya bohongan, kecuali Bibimbap di bagian paling akhir. 

Kalau diminta maju ke depan maka harus menaikkan level PD karena jadi sorotan seluruh penonton. Absolutely not my style hahaha...

Kalau -masih- punya selera humor atau cocok dengan selera hiburanmu maka akan ketawa dan terhibur. Tapi kalau suasana hati lagi nggak oke, biar disuguhin acara selucu apapun (pasti) nggak akan ketawa (bahkan kalau dikelitikin?hihihi). 

Sangat bersyukur dapat kesempatan nonton pertunjukan nan menghibur ini. I need to laugh more. Ketawa yang benar-benar ketawa tanpa embel-embel mikir, "is it okay to laugh?" 

Terima kasih untuk atasan-atasan saya yang selalu beri kesempatan untuk melihat, menonton, menyaksikan acara-acara yang bukan hanya menarik tapi juga menambah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. I am really blessed. 

(Terima kasih juga karena boleh ajak saudara ^^)



ㄷㅁㅈ
2016년 11월 13일

Friday, November 4, 2016

Ketika Kamu

Tanggal ini, satu bulan yang lalu, adalah hari pertemuan kedua atau tepatnya hari kedua aku melihat sosokmu. Kenal? Teman? Belum. Hanya sekadar tahu ada sesosok kamu yang selalu ikut dalam rombongan acara dimana aku jadi salah satu pesertanya. 

Di hari kedua itu, pertama kalinya aku berinteraksi dengan kamu karena temanmu. Indonesia yang membuat aku dan kamu jadi punya topik untuk diobrolkan. Lucu..

Karena kunjungan ke salah satu galeri yang memajang karya-karya seniman dari negaraku, seseorang kemudian memperkenalkan aku dengan temanmu yang menaruh perhatian karena ia pernah tinggal setahun di Aceh. 

"She's from Indonesia." 
"Are you from Indonesia?"
"Yes I am. I'm Indonesian."
"I live in Aceh for about 1 year and 1 month. He's also ever been to Indonesia." Kata temanmu tentang kamu.
"Yeah, but only for 1 week." 
"Wow, Aceh?"

Aku terpesona karena kunjungan kalian ke Indonesia adalah ke Aceh. Bukan Jakarta, Bali, atau tempat wisata lain. 

"I make a documentary film there."

Ah ternyata itu sebabnya. Kalian ke sana untuk mendokumentasikan kehidupan di Aceh. 

Saat itu, aku belum menaruh perhatian apapun terkait kamu. Aku hanya kagum karena kalian berdua, yang adalah orang asing, datang jauh-jauh ke Aceh untuk bikin film dokumenter. 

Sebenarnya aku penasaran, film dokumenter seperti apa yang kalian bikin? Tapi, aku nggak meminta kontak kalian. 

Setelah kunjungan ke galeri itu, kita sempat melanjutkan obrolan bertiga tentang Aceh dan Indonesia. Obrolan singkat tepatnya karena kita lakukan saat jalan untuk pindah ke lokasi lain.

"It's amazing to know that you visit Aceh to shoot a documentary film. Because Aceh is not a common place for tourist. As I know, Aceh have a different and specific culture."
"Is it?" you said in a curious way.

Dan temanmu pun menjelaskan secara singkat tentang apa yang aku maksud. 

"Even I never been to Aceh before." Kataku sambil tertawa. "It's not that easy to enter Aceh, even for Indonesian people."
"Really?" 
"I think your friend know about what I'm saying." 

Ya, itulah percakapan singkat kita sore itu. Kamu dan temanmu sempat mengucapkan beberapa kata dalam Bahasa Indonesia, seperti makan, jalan-jalan. Aku hanya bisa tertawa. Rasanya senang bisa mendengar Bahasa Indonesia saat itu.


6 Oktober 2016
Asian Culture Center

Aku kira, kamu nggak akan ikut dalam kunjungan kali itu. Aku juga nggak berpikir apa-apa. Hanya tiba-tiba mendapati dirimu ada di stasiun dan akan berangkat bersama.

Hari itu, aku sibuk memikirkan kerjaan yang seharusnya aku tangani di Jakarta.
"I'm not supposed to be here. I have a lot things to do in Jakarta."

Namun, pikiran tersebut sejenak hilang waktu kunjungan ke tempat itu. Aku terkagum-kagum dengan tempat yang luas dan fasilitasnya luar biasa. Arsitekturnya pun memanjakan mata. 

Singkat cerita, setelah semua kegiatan yang dilakukan bersama, para peserta diberikan waktu bebas. 

Aku sempat keliling sebentar lalu mencari tempat duduk dan mengerjakan tugas. 

Satu email selesai dikirim. 

Salah satu karya yang dipajang di dinding menarik perhatianku.

Ah, ini bagian dari kotak musik! 


Jumlahnya sangat banyak! 

Aku coba putar satu per satu secara acak. Ternyata lagunya berbeda-beda. Ini benar-benar menarik! 

Kamu tahu, aku sangat suka bunyi dari kotak musik. Aku suka kotak musik bahkan yang bentuknya sederhana sekalipun.

Aku pun sibuk memainkan atraksi mini ini sendirian. Beberapa lagunya terasa akrab di telinga. Lagu-lagu Natal, lagu klasik, lagu anak, dan masih banyak lagi.

Tiba-tiba seseorang mendekat ke area itu. Ternyata kamu. 
Kamu pun memutar beberapa alat itu. 

"Ini benar-benar menyenangkan!" kataku mencoba membuka pembicaraan, hanya sekadar supaya situasinya tidak awkward.

Hal yang kamu lakukan berikutnya yang membuat aku terpesona dengan sosokmu.

Kamu memutar beberapa spinner alat kotak musik tersebut secara sekaligus sambil melihatku dan berkata, "seperti ini?"
"Iya!"

Lalu, aku dan kamu berdiri menikmati lagu-lagu yang muncul secara berbarengan. 
Aku nyalakan kamera hp dan merekam bunyi-bunyi itu menjadi video singkat.

Kamu berhasil menarik perhatianku.

Hanya seperti itu saja.

"Ah, ini tho rasanya.." kataku dalam hati.

Rasanya lucu kalau diingat-ingat lagi. Hanya karena tindakan sederhana, kamu berhasil menarik perhatianku. 

Setelah itu, aku dan kamu tidak pernah melakukan interaksi.

Hanya di hari terakhir acara, dimana kebetulan ada kamu di situ, sempat terjadi interaksi kecil lain.

"Saya mau jalan-jalan." katamu menggunakan Bahasa Indonesia.

Aku hanya tertawa sambil berkata, "please come to Indonesia."

Itu interaksi terakhir aku dan kamu.

Mau tahu hal lucu? 
Sampai sekarang, aku tidak tahu namamu. 

Mungkin suatu saat nanti, entah kapan, aku dan kamu bisa bertemu lagi. 

Di negeriku atau negerimu, siapa yang tahu.

Terima kasih untuk memori kecil hari itu.


(출장 갔을 때..)
#출장중