Monday, February 6, 2017

The art of starting something

To start writing, it needs a dot.
To start talking, we need to bring out voice.


Sunday, November 13, 2016

비밥 뮤지컬 in Jakarta 2016

This is my 2nd time watching full-lengths The Most Delicious Performance "BIBAP SHOW"

Pertama kali, tahun lalu -2015- sekitar bulan Februari di Ice Palace, Lotte Shopping Avenue (kapasitas sekitar 300 seats). Waktu itu, tujuan nonton adalah meliput pertunjukan karena masih kerja sebagai penulis di JAX Magazine

Setelah pertunjukan, aku dapat kesempatan mewawancarai beberapa personel dan staff Bibap. Aku juga masih ingat, waktu itu dibantu diterjemahkan salah satu staff KCC (berhubung masih belum jadi bagian keluarga pusat kebudayaan ini) -yang sekarang jadi rekan kerja- namanya Kimberly hehehe 

I still remember that day. But I forgot what kind of questions that I made. Hehehe now it feels -a little bit- funny. 

Kalau ingat masa itu... Hahaha 

Anyway~~

Hari ini, Minggu 13 November 2016, aku berkesempatan nonton pertunjukan penuh BIBAP SHOW untuk keduakalinya. 

Dibandingkan tahun lalu, kali ini, skalanya lebih besar. Tempat yang dipilih pun lebih besar secara kapasitas (1200 seats). Tahu di mana? Hehehe di Ciputra Artpreneur Theater. Sama-sama di Ciputra World 1, Lotte Shopping Avenue tapi beda ruangan (beda lantai juga, kali ini di lantai 13). 

Secara garis besar, jalan cerita pertunjukannya sama. Pertarungan 2 chef (merah dan hijau) dalam membuat masakan. Highlight menunya Bibimbap (비빔밥), salah satu masakan ikonik asal Korea atau kalau diartikan menjadi nasi campur, karena sebelum dimakan maka kita harus campur sayuran, lauk, dan gochujang (saus pedas) yang diletakkan di atas nasi. 

Sebelum ke menu utama, si dua chef ini buat 3 masakan lain lebih dulu secara bergantian, yaitu sushi (Jepang), pizza (Italia), dan chicken noodle (Tiongkok). Kemudian, si 2 chef buat Bibimbap dengan versi masing-masing. 

Uniknya pertunjukan ini adalah konsep interaktif. Di tiap segmen, ada penonton yang dilibatkan. Dipilih penonton (kali ini yang duduk di deretan A/paling depan), untuk menentukan siapa chef yang masak (sudah sesuai script tentunya), kemudian ketika masakannya jadi maka si penonton tadi diminta naik ke panggung dan "mencicipi" hasil masakan si chef (fyi, makanannya bohongan, kecuali Bibimbap di bagian paling akhir. 

Kalau diminta maju ke depan maka harus menaikkan level PD karena jadi sorotan seluruh penonton. Absolutely not my style hahaha...

Kalau -masih- punya selera humor atau cocok dengan selera hiburanmu maka akan ketawa dan terhibur. Tapi kalau suasana hati lagi nggak oke, biar disuguhin acara selucu apapun (pasti) nggak akan ketawa (bahkan kalau dikelitikin?hihihi). 

Sangat bersyukur dapat kesempatan nonton pertunjukan nan menghibur ini. I need to laugh more. Ketawa yang benar-benar ketawa tanpa embel-embel mikir, "is it okay to laugh?" 

Terima kasih untuk atasan-atasan saya yang selalu beri kesempatan untuk melihat, menonton, menyaksikan acara-acara yang bukan hanya menarik tapi juga menambah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. I am really blessed. 

(Terima kasih juga karena boleh ajak saudara ^^)



ㄷㅁㅈ
2016년 11월 13일

Friday, November 4, 2016

Ketika Kamu

Tanggal ini, satu bulan yang lalu, adalah hari pertemuan kedua atau tepatnya hari kedua aku melihat sosokmu. Kenal? Teman? Belum. Hanya sekadar tahu ada sesosok kamu yang selalu ikut dalam rombongan acara dimana aku jadi salah satu pesertanya. 

Di hari kedua itu, pertama kalinya aku berinteraksi dengan kamu karena temanmu. Indonesia yang membuat aku dan kamu jadi punya topik untuk diobrolkan. Lucu..

Karena kunjungan ke salah satu galeri yang memajang karya-karya seniman dari negaraku, seseorang kemudian memperkenalkan aku dengan temanmu yang menaruh perhatian karena ia pernah tinggal setahun di Aceh. 

"She's from Indonesia." 
"Are you from Indonesia?"
"Yes I am. I'm Indonesian."
"I live in Aceh for about 1 year and 1 month. He's also ever been to Indonesia." Kata temanmu tentang kamu.
"Yeah, but only for 1 week." 
"Wow, Aceh?"

Aku terpesona karena kunjungan kalian ke Indonesia adalah ke Aceh. Bukan Jakarta, Bali, atau tempat wisata lain. 

"I make a documentary film there."

Ah ternyata itu sebabnya. Kalian ke sana untuk mendokumentasikan kehidupan di Aceh. 

Saat itu, aku belum menaruh perhatian apapun terkait kamu. Aku hanya kagum karena kalian berdua, yang adalah orang asing, datang jauh-jauh ke Aceh untuk bikin film dokumenter. 

Sebenarnya aku penasaran, film dokumenter seperti apa yang kalian bikin? Tapi, aku nggak meminta kontak kalian. 

Setelah kunjungan ke galeri itu, kita sempat melanjutkan obrolan bertiga tentang Aceh dan Indonesia. Obrolan singkat tepatnya karena kita lakukan saat jalan untuk pindah ke lokasi lain.

"It's amazing to know that you visit Aceh to shoot a documentary film. Because Aceh is not a common place for tourist. As I know, Aceh have a different and specific culture."
"Is it?" you said in a curious way.

Dan temanmu pun menjelaskan secara singkat tentang apa yang aku maksud. 

"Even I never been to Aceh before." Kataku sambil tertawa. "It's not that easy to enter Aceh, even for Indonesian people."
"Really?" 
"I think your friend know about what I'm saying." 

Ya, itulah percakapan singkat kita sore itu. Kamu dan temanmu sempat mengucapkan beberapa kata dalam Bahasa Indonesia, seperti makan, jalan-jalan. Aku hanya bisa tertawa. Rasanya senang bisa mendengar Bahasa Indonesia saat itu.


6 Oktober 2016
Asian Culture Center

Aku kira, kamu nggak akan ikut dalam kunjungan kali itu. Aku juga nggak berpikir apa-apa. Hanya tiba-tiba mendapati dirimu ada di stasiun dan akan berangkat bersama.

Hari itu, aku sibuk memikirkan kerjaan yang seharusnya aku tangani di Jakarta.
"I'm not supposed to be here. I have a lot things to do in Jakarta."

Namun, pikiran tersebut sejenak hilang waktu kunjungan ke tempat itu. Aku terkagum-kagum dengan tempat yang luas dan fasilitasnya luar biasa. Arsitekturnya pun memanjakan mata. 

Singkat cerita, setelah semua kegiatan yang dilakukan bersama, para peserta diberikan waktu bebas. 

Aku sempat keliling sebentar lalu mencari tempat duduk dan mengerjakan tugas. 

Satu email selesai dikirim. 

Salah satu karya yang dipajang di dinding menarik perhatianku.

Ah, ini bagian dari kotak musik! 


Jumlahnya sangat banyak! 

Aku coba putar satu per satu secara acak. Ternyata lagunya berbeda-beda. Ini benar-benar menarik! 

Kamu tahu, aku sangat suka bunyi dari kotak musik. Aku suka kotak musik bahkan yang bentuknya sederhana sekalipun.

Aku pun sibuk memainkan atraksi mini ini sendirian. Beberapa lagunya terasa akrab di telinga. Lagu-lagu Natal, lagu klasik, lagu anak, dan masih banyak lagi.

Tiba-tiba seseorang mendekat ke area itu. Ternyata kamu. 
Kamu pun memutar beberapa alat itu. 

"Ini benar-benar menyenangkan!" kataku mencoba membuka pembicaraan, hanya sekadar supaya situasinya tidak awkward.

Hal yang kamu lakukan berikutnya yang membuat aku terpesona dengan sosokmu.

Kamu memutar beberapa spinner alat kotak musik tersebut secara sekaligus sambil melihatku dan berkata, "seperti ini?"
"Iya!"

Lalu, aku dan kamu berdiri menikmati lagu-lagu yang muncul secara berbarengan. 
Aku nyalakan kamera hp dan merekam bunyi-bunyi itu menjadi video singkat.

Kamu berhasil menarik perhatianku.

Hanya seperti itu saja.

"Ah, ini tho rasanya.." kataku dalam hati.

Rasanya lucu kalau diingat-ingat lagi. Hanya karena tindakan sederhana, kamu berhasil menarik perhatianku. 

Setelah itu, aku dan kamu tidak pernah melakukan interaksi.

Hanya di hari terakhir acara, dimana kebetulan ada kamu di situ, sempat terjadi interaksi kecil lain.

"Saya mau jalan-jalan." katamu menggunakan Bahasa Indonesia.

Aku hanya tertawa sambil berkata, "please come to Indonesia."

Itu interaksi terakhir aku dan kamu.

Mau tahu hal lucu? 
Sampai sekarang, aku tidak tahu namamu. 

Mungkin suatu saat nanti, entah kapan, aku dan kamu bisa bertemu lagi. 

Di negeriku atau negerimu, siapa yang tahu.

Terima kasih untuk memori kecil hari itu.


(출장 갔을 때..)
#출장중 


Friday, October 21, 2016

Pilih Jadi Objek atau Tukang Foto?

Kalau saya, jawabannya sudah pasti jadi "tukang foto" alias orang yang pegang kamera untuk foto orang atau objek lain. 

Kenapa saya nggak -terlalu- suka difoto? 
Umm... Kenapa ya? Hahaha sebenarnya karena ukuran diri saya yang agak besar ini jadi penyebabnya. 난 뚱뚱한 사람이에요.. ㅋㅋ 
Kalau ada foto dengan angle bagus dan saya nggak kelihatan terlalu besar (ha ha ha), bisa jadi bakal saya upload di salah satu akun SNS atau dijadikan profile picture. 

Kenapa? Mau bilang, "nggak bisa terima kenyataan ya?" Hehehe sedikit... Kalau mau plesetin lagu, "badanku dulu tak begini.." 

Anyway. Bicara soal foto. Saya bukan fotografer. Saya nggak pernah belajar secara khusus tentang teknik foto. Hal yang saya tahu selama ini karena diajarkan orang lain (secara tidak sengaja), atau baca/lihat/nonton di sumber tertentu. 

Foto yang menurut saya bagus, belum tentu sepaham dengan pendapat orang lain. Kalau ini tentu kembali lagi ke selera orang. 

Apa yang biasa saya potret? Makanan (1등 ㅋ), langit biru, objek unik, tulisan menarik, sesuatu yang terlihat simetris, sesuatu yang warna-warni, dan masih banyak lagi. Kadang, tergantung mood. 

Sebagai penggemar potret-memotret amatir, saya nggak punya teknik khusus waktu mengabadikan sebuah objek. Lihat, perhatikan, cari angle, atur posisi, atur sudut kamera, lalu klik. Saya cenderung mengambil gambar beberapa -banyak- kali baru kemudian dilihat kembali hasil fotonya. Ya, bukan tipe yang tiap jepret lalu preview. Bahkan kadang nggak dilihat sama sekali dan hanya mengandalkan apa yang dilihat mata saat mengambil gambar. 

Kalau hasilnya bagus, satu per satu akan dipajang di akun SNS pribadi. Kalau kurang atau nggak bagus, foto itu akan diam di memori, mungkin juga dihapus. 

Kadang saya menyesal karena nggak memotret diri sendiri (istilah zaman sekarang: selca/selfie) ketika mengunjungi suatu tempat yang belum tahu kapan lagi bakal berkunjung ke situ. Tapi, ya, memang begitu kebiasaan saya. 

Tapi, kadang saya juga suka tiba-tiba minta tolong difotoin kok hehehe itu berarti saya lagi agak aneh... 

Ah iya, saya kurang suka kalau diminta foto bareng atau ramai-ramai dengan orang(-orang) yang nggak dekat sama saya. It's so not me. Akan berbeda kalau berfoto dengan orang-orang yang dekat atau akrab. Tanpa diminta pun saya akan dengan senang hati tersenyum lebar dan tulus atau berpose/membuat ekspresi aneh. 

Kalau Anda nggak akrab atau dekat atau bahkan nggak kenal sama saya, jangan minta saya ikut foto bareng. Kecuali saya yang minta ha ha ha me sounds so selfish ey? ㅋㅋㅋ sorry for this.

Pada dasarnya, saya menikmati dunia foto. Tapi bukan yang serius, ya. Saya sebagai penikmat dan pelaku amatir saja. 

Saya masih harus belajar banyak. Dan saya memang ingin belajar motret dengan lebih baik lagi. 


2016.10.21

Monday, September 5, 2016

Komik (만화)

Bulan ini dimanja oleh kisah-kisah cinta dalam komik Jepang. Buku cerita bergambar hitam-putih dengan detail yang menggugah keinginan untuk membaca. 

Alasannya simpel saja. Gambarnya bagus, ceritanya membuat penasaran dan akibatnya hati jadi senang. "Happy ending" sudah tentu jadi bumbu wajib. 

Membuat orang berangan-angan akan cerita cinta nan romantis dan mendebarkan. Arsiran (deretan garis hitam) di wajah tokoh utama yang menggambarkan suasana hati si karakter sedang merasa malu-malu kadang membuat pembaca ikut merasa hal yang sama. Ah, keterlaluan. Keterlaluan dalam makna yang menyenangkan. 

Memang, kadang ceritanya seperti tidak masuk akal. Tapi, ada beragam kisah cinta yang bisa terjadi di dunia ini. Termasuk kisah cinta ala (serial cantik?) komik Jepang. 

Lagi-lagi, saya dibuat ketagihan mengunjungi toko buku. Bahkan sampai lupa diri dan ketika petugas kasir menyebutkan harga, saya baru ngeh tentang berapa harga yang harus dibayar hahaha... 

Untuk menghibur diri, saya katakan dalam hati: uang itu diperoleh dari hasil kerjamu sendiri kok :)



Sunday, August 28, 2016

Skenario Scenario

Begitu banyak skenario yang berkeliaran dalam pikiran, menanti untuk dituliskan. Kadang muncul beberapa kali, kadang muncul sekali lalu lupa. Ah.. Saya masih bingung, bagaimana cara menuliskannya? 

Saya kembali mengalami hal ini. Sulit menuliskan hal lisan menjadi tulisan. 

Beberapa skenario bikin saya tertawa geli saat membayangkan/memikirkannya. Di waktu lain, ada yang membuat saya berpikir panjang. Ada juga yang membuat saya senyum atau sebal. Tergantung skenario yang sedang saya pikirkan tentunya. 

Saya bukan berencana membuat skenario film atau drama. Saya mau menulis cerita. Tapi pagi ini tiba-tiba terbersit kata 'skenario'. 

Soal inspirasi, dari mana saja. Pertemuan, perkenalan, interaksi, bacaan, tontonan, tingkah laku orang, suatu benda, apapun.

Luar biasa, ya, Tuhan menciptakan kreativitas dalam otak manusia. Namun, manusia harus bijak dengan berkat kreativitas tersebut. 

Saya pilih untuk menuliskannya. Walau sampai sekarang masih mandheg karena bingung cara memulainya. Hehehe 

Semangat! Ayo nulis! 


2016.08.28

Saturday, August 13, 2016

Preface

Aku suka membaca cerita cinta. Kisah-kisah romantis yang menggetarkan perasaan senang, berbunga-bunga. Kali ini, aku mencoba menuliskannya. Cerita cinta seperti yang aku bayangkan. Mungkin angankan. Mungkin juga karena terinspirasi dari beragam kejadian yang terjadi kemarin, hari ini, atau besok.

Rasanya ada banyak plot yang beterbangan dalam alam pikir. Menanti untuk dituliskan. Hey, sudah lama aku tak menuliskan sesuatu yang seperti ini. Let's give it a try.


*하트하트뼝뼝*